Ulat pemakan daun gaharu telah menyerang pohon gaharu muda dan tua
di beberapa daerah. Hama ini memakan pucuk muda. Ketika pucuk muda
habis, daun tua juga dimakannya. Ulat mulai teramati di kebun gaharu di
daerah Carita, Banten pada bulan Juli 2009. Serangan yang terus menerus
dapat menyebabkan pohon gaharu mati.
07/03/12
Manfaat Teh Daun Gaharu untuk Kesehatan
Minum teh hangat
merupakan suatu kenikmatan tersendiri dan memiliki khasiat terhadap
kesehatan tubuh. Seperti mengonsumsi teh gaharu, dipercaya dapat
mengurangi rasa sakit kepala karena pusing, meningkatkan stamina bagi
pria, stamina dan kesehatan, tidak mudah masuk angin dan obat penyakit
dalam karena sakit perut.
“Insya Allah teh gaharu
dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Oleh
sebab itu di masa mendatang kandungan aktif dalam teh gaharu ini harus
diketahui, untuk memberikan justifikasi ilmiah kepada khalayak,” kata
Mahmuddin.
Minum teh daun gaharu ini cukup dilakukan sekali dalam sehari setelah sebelumnya daun teh direbus dan disaring untuk mendapatkan air nya dan nikmatnya kehangatan teh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ini.
“Minum di pagi hari sekali sudah cukup mendapatkan manfaat teh daun gaharu ini. Tapi kalau mau dua kali sehari juga bisa dan bertambah baik,” ujarnya.
Selain itu teh gaharu dapat juga bermanfaat membantu masalah insomnia atau sukar tidur, membantu merendahkan tahap kolestrol, meredakan ketegangan/hipertensi dan stress, membantu mengurangkan toksik dalam badan, mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi.
“Selain itu, teh gaharu dapat sebagai anti stres dan hipertensi penurunan tahap kolestrol, penurunan tahap tekanan darah tinggi dan gula,” katanya.
Manfaat Gaharu
Gaharu adalah sejenis kayu yang memiliki kandungan damar berbau wangi dengan berbagai bentuk dan warna yang khas yang berasal dari pohon penghasil gaharu. Manfaat gaharu sendiri, lanjutnya, dengan mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan obat-obatan herbal. Serbuk atau abu dari gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma terapi.
Sampai saat ini pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku sebagai kayu bulatan, cacahan, bubuk,atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan China, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis aksesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Buddha, dan Hindu.
Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat. Gaharu bisa dipakai sebagai obat, anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja saraf dan pencernaan, obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus, penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).
“Harga jual gaharu yang mahal di pasaran dan mulai langkanya pohon gaharu di hutan alam merupakan dua faktor utama menjadi alasan pembudidayaan pohon gaharu,” jelas Mahmuddin.
Minum teh daun gaharu ini cukup dilakukan sekali dalam sehari setelah sebelumnya daun teh direbus dan disaring untuk mendapatkan air nya dan nikmatnya kehangatan teh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ini.
“Minum di pagi hari sekali sudah cukup mendapatkan manfaat teh daun gaharu ini. Tapi kalau mau dua kali sehari juga bisa dan bertambah baik,” ujarnya.
Selain itu teh gaharu dapat juga bermanfaat membantu masalah insomnia atau sukar tidur, membantu merendahkan tahap kolestrol, meredakan ketegangan/hipertensi dan stress, membantu mengurangkan toksik dalam badan, mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi.
“Selain itu, teh gaharu dapat sebagai anti stres dan hipertensi penurunan tahap kolestrol, penurunan tahap tekanan darah tinggi dan gula,” katanya.
Manfaat Gaharu
Gaharu adalah sejenis kayu yang memiliki kandungan damar berbau wangi dengan berbagai bentuk dan warna yang khas yang berasal dari pohon penghasil gaharu. Manfaat gaharu sendiri, lanjutnya, dengan mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan ekstraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan obat-obatan herbal. Serbuk atau abu dari gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma terapi.
Sampai saat ini pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku sebagai kayu bulatan, cacahan, bubuk,atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan China, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis aksesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Buddha, dan Hindu.
Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat. Gaharu bisa dipakai sebagai obat, anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja saraf dan pencernaan, obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus, penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).
“Harga jual gaharu yang mahal di pasaran dan mulai langkanya pohon gaharu di hutan alam merupakan dua faktor utama menjadi alasan pembudidayaan pohon gaharu,” jelas Mahmuddin.
Jenis-Jenis pohon penghasil gaharu
a. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledon
Famili : 3 Famili (Thymeleaceae, Euphor-biaceae dan Leguminoceae)
Genus : 8 Genus (Aqui-laria, Aetoxylon, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Gonystylus, Gyrinops dan Wiekstroemia.
Spesies : 27 jenis
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledon
Famili : 3 Famili (Thymeleaceae, Euphor-biaceae dan Leguminoceae)
Genus : 8 Genus (Aqui-laria, Aetoxylon, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Gonystylus, Gyrinops dan Wiekstroemia.
Spesies : 27 jenis
b. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Penyebaran jenis inang gaharu terdapat di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Srilanka, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di Pulau Sumatera (10 jenis), Pulau Kalimantan (12 jenis), kemudian dalam jumlah terbatas tumbuh di Kepulauan Nusa Tenggara (2 jenis), Pulau Papua (2 jenis), Pulau Sulawesi 2 jenis, Pulau Jawa (2 jenis), dan Kepulauan Maluku (1 jenis).
Penyebaran jenis inang gaharu terdapat di daerah tropis Asia mulai dari India, Pakistan, Srilanka, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di Pulau Sumatera (10 jenis), Pulau Kalimantan (12 jenis), kemudian dalam jumlah terbatas tumbuh di Kepulauan Nusa Tenggara (2 jenis), Pulau Papua (2 jenis), Pulau Sulawesi 2 jenis, Pulau Jawa (2 jenis), dan Kepulauan Maluku (1 jenis).
Kondisi ekologis tempat tumbuh inang gaharu sebagai berikut, suhu
udara 24-32 C, kelembaban udara 80-90 %, dan curah hujan 1.500-2.500 mm
per tahun pada ketinggian yang bervariasi untuk setiap jenis berkisar
10-1.600 m dpl. Khusus untuk jenis Gyrinops versteegii (Gig) Domke di
daerah Nusa Tenggara yang beriklim kering tumbuh pada ketinggian 10-900 m
dpl., topografi dataran rendah sampai pegunungan, pada jenis tanah
bervariasi dengan sifat struktur tanah lempung atau liat, berpasir, pada
tanah marginal, jenis tanah regosol coklat kelabu, mediteran haplik,
dan kambisol eutrik (Pusat Penelitian Tanah,1993) dan pada curah hujan
1.500-2. 000 mm per tahun atau pada tipe iklim C (Schmidt dan
Ferguson,1951).
c. Pemanfaatan
Gaharu banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio, dupa, minyak wangi, dan sebagai obat tradisional.
Gaharu banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti parfum, pewangi ruangan, hio, dupa, minyak wangi, dan sebagai obat tradisional.
d. Jenis dan Habitus
Susatyo (1983) dalam Sumarna (2007) melaporkan bahwa beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut:
Susatyo (1983) dalam Sumarna (2007) melaporkan bahwa beberapa ciri morfologis, sifat fisik, sebaran tumbuh serta nama daerah jenis pohon penghasil gaharu di Indonesia sebagai berikut:
a. Aquilaria spp. Pohon dengan tinggi batang yang
dapat mencapai antara 35-40 m, berdiameter sekitar 60 cm, kulit batang
licin berwarna putih atau keputih-putihan dan berkayu keras. Daun
lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5-8 cm dan lebar 3-4 cm, ujung
daun runcing, warna daun hijau mengkilat. Bunga berada diujung ranting
atau diketiak atas dan bawah daun. Buah berada dalam polongan berbentuk
bulat telur aatau lonjong berukuran sekitar 5 cm panjang dan 3 cm lebar.
Biji/benih berbentuk bulat atau bulat telur yang tertutup bulu-bulu
halus berwarna kemerahan.
b. A. malaccensis di wilayah potensial dapat
mencapai tinggi pohon sekitar 40 m dan diameter 80 cm, beberapa nama
daerah seperti: ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan
seringak. Tumbuh pada ketinggian hingga 750 m dpl pada hutan dataran
rendah dan pegunungan, pada daerah yang beriklim panas dengan suhu
rata-rata 32° C dan kelembaban sekitar 70%, dengan curah hujan kurang
dari 2.000 mm/tahun.
c. A. microcarpa tinggi sekitar 35 m berdiameter
sekitar 70 cm dengan nama daerah tengkaras, engkaras, karas, garu
tulang, dan lain-lain. Sedangkan A. filaria tinggi pohon antara 15-18 m
berdiameter sekitar 50 cm, di Irian Jaya memiliki nama daerah age dan di
Maluku las. Tumbuh di hutan dataran rendah, rawa hingga ketinggian
sekitar 150 m, pada kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000
mm/th. A. beccariana, memiliki nama daerah mengkaras, gaharu dan gumbil
nyabak. Tumbuh hingga ketinggian 850 m.dpl pada kondisi kawasan
beriklim kering dengan curah hujan sekitar 1.500 mm/th.
d. Gyrinops spp. Tumbuhan gaharu jenis ini berbentuk
sebagai pohon yang memiliki ciri dan sifat morfologis yang relatif
hampir sama dengan kelompok anggota famili Thymeleacae lainnya. Daun
lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang
sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning- kemerahan dengan
bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat
mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm. Daerah sebaran tumbuh di
wilayah Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan potensi terbesar berada di
Irian Jaya (Papua).
e. Aetoxylon spp. Pohon dengan rataan tinggi sekitar
15 m, berdiameter antara 25-75 cm, kulit batang ke abu-abuan atau
kehitam-hitaman dan bergetah putih. Bentuk daun bulat telur, lonjong,
licin dan mengkilap dan bertanggkai daun sekitar 8 mm. Bunga dalam
kelompok berjumlah antara 5-6 bunga, berbentuk seperti payung, dengan
panjang tangkai bunga sekitar 9 mm, bentuk bunga membulat atau bersegi
lima berdiameter sekitar 4 mm, buah membulat panjang sekitar 3 cm dan
lebar 2 cm, serta tebal 1 cm. Tumbuh pada kawasan hutan dataran rendah
dengan lahan kering berpasir, beriklim sedang dengan curah hujan sekitar
1.400 mm/th, bersuhu sekitar 27° C dan berkelembaban sekitar 80%.
Gaharu dari jenis ini memiliki nama daerah sebagai kayu biduroh, laka,
garu laka, garu buaya, dan pelabayan.
f. Gonystylus spp. Memiliki ciri dan sifat
morfologis dengan tinggi dapat mencapai 45 m dan berdiameter antara
30-120 cm, memiliki tajuk tipis, dan berakar napas (rawa), Bedaun
tunggal, berbentuk bulat telur, panjang 4-15cm, lebar 2-7 cm dengan
ujung runcing, bertangkai daun 8-18 mm, licin dengan warna
hijau-kehitaman. Bunga berbentuk malai berlapis dua, muncul diujung
ranting atau ketiak daun, berwarna kuning, tangkai bunga panjang sekitar
1,5 cm. Berbuah keras,berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing,
memiliki 3 ruang, panjang 4-5 cm, lebar 3-4 cm, benih berwarna hitam.
Gaharu dari jenis ini umumnya terbentuk pada bekas taksis duduk cabang,
sehingga bentuk gaharu terbentuk umumnya berbentuk bulatan-bulatan. Nama
daerah gaharu dari kelompok jenis ini adalah: karas, mengkaras, garu,
halim, alim, ketimunan, pinangbae, nio, garu buaya, garu pinang, bal,
garu hideung, bunta, mengenrai, udi makiri, sirantih, dan lain-lain.
g. Enkleia spp. Tumbuhan penghasil gaharu dari kelompok jenis ini berbentuk tumbuhan memanjat (liana) dengan panjang mencapai 30 m berdiameter sekitar 10 cm, batang kemerah-merahan, beranting dan memiliki alat pengait. Bunga berada diujung ranting, bertangkai bunga dengan panjang mencapai 30 cm, bunga berwarna putih atau kekuningan, Buah bulat-telur, panjang 1,25 cm dan lebar 0,5 cm. Dikenal dengan nama daerah tirap akar, akar dian dan akar hitam, garu cempaka, garu pinang, ki laba, medang karan, mengenrai, udi makiri, garu buaya, bunta, dan lain-lain.
h. Wiekstroemia spp. Pohon berbentuk semak dengan
tinggi mencapai sekitar 7 m dan diameter sekitar 7,5 cm, ranting
kemerah-merahan atau kecoklatan. Daun bulat telur, atau elips/lancet,
panjang 4-12 cm dan lebar 4 cm. Helai daun tipis, licin di dua
permukaan, bertangkai daun panjang 3 cm. Bunga berada diujung ranting
atau ketiak daun, berbentuk malai dan tiap malai menghasilkan 6 bunga
dengan warna kuning, putih kehijauan atau putih, dengan tangkai bunga
sekitar 1 mm, mahkota bunga lonjong atau bulat telur dengan panjang 8 mm
dan lebar 5 mm berwarna merah. Kelompok gaharu dari jenis-jenis ini
dikenal memiliki nama daerah, layak dan pohon pelanduk, kayu linggu,
menameng atau terentak.
i. Dalbergia sp. Sementara hanya ditemukan 1 jenis
yakni D. parvifolia sebagai salah satu dari anggota famili Leguminoceae
merupakan tumbuhan memanjat (liana) dan produk gaharunya kurang disukai
pasar.
j. Excoccaria sp. Genus ini hanya ditemukan 1 jenis
yakni E. agaloccha yang merupakan anggota famili Euphorbiacae tergolong
tumbuhan tinggi dengan tinggi pohon antara 10-20 m dan dapat mencapai
kelas diameter sekitar 40 cm. Produksi gaharunya kurang disukai pasar.
e. Teknik Budidaya
a. Penanganan Benih dan Persemaian
Pengadaan bibit gaharu sementara dapat memanfaatakn potensi tegakan alam gaharu yang masih tersedia sebagai pohon tegakan benih ( seed stand ). Dalam jangka panjang perlu dibina ketersediaan pohon induk ( seed orchard ) yang berperan sebagai sumber bahan tanaman dalam membina budidaya serta sekaligus upaya pelestarian sumberdaya genetik jenis gaharu. Pengadaan bibit gaharu dapat berasal dari biji, anakan cabutan alam, dan stump . Pengunduhan biji dapat dilakukan dari pohon induk. Anakan alam diperoleh dari hasil cabutan yaitu dengan cara mengambil bibit cabutan alam yang memiliki tinggi 15-20 cm, daun lebih dari 6 helai, dan di persemaian akarnya diberi perlakuan hormon tumbuh Rootone-F sebesar 200 ppm dan dipelihara di persemaian sampai umur 4 bulan. Bibit dengan stump bisa diperoleh dari anakan alam maupun lewat persemaian dengan membuat potongan stump dengan panjang batang atas 5 cm dan panjang bagian bawah (akar) 10 cm yang diikuti pemotongan akar serabut dan diberi perlakuan Rootone-F sebesar 200 ppm sebelum ditanam di lapangan. Pengadaan benih gaharu yang berasal dari biji bisa dilakukan dengan pemungutan buah yang telah masak fisiologis. Buah masak jenis Gyrinops verstegii (Gig) Domke terbanyak terjadi pada bulan Januari-Februari dan di luar bulan tersebut gaharu berbuah sangat sedikit. Buah bentuknya bulat lonjong sebesar biji kacang tanah yang telah dikupas, dengan ukuran tinggi 1 cm dan lebar 0,5 cm. Buah tua dicirikan kulit berwarna hijau kekuning-kuningan dan cangkang buah belum merekah. Pemungutan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon dan menjatuhkan buah dengan galah berkait agar buah dapat berjatuhan dan selanjutnya biji dikeluarkan dari buah masak dan segera didederkan di bedeng tabur, karena biji gaharu tidak tahan lama dalam penyimapanan (bersifat recasiltran). Setiap buah mengandung 3-4 biji. Dalam 1 kg buah gaharu terdapat 3.000 biji dengan daya kecambah 65 %. Pemakaian Rootone-F dalam perkecambahan biji dapat meningkatkan persen kecambah sampai 85 % (Surata, 2004). Selanjutnya penyapihan dilakukan di bedeng sapih dengan menggunakan polybag 15 cm x 20 cm, media semai tanah : kompos 4 :1. Persemaian di bedeng sapih dapat menggunakan persemaian permanen ( shade house ) dan persemaian konvensional. Setelah penyapihan maka dilakukan penyiram setiap hari. Bibit gaharu memerlukan umur > 6 bulan di persemaian sebelum ditanam di lapangan. Sebelum pemindahan bibit ke lapangan maka perlu dilakukan pemotongan akar yang tembus polybag dan hardening of (aklimatisasi) yang dilakukan sebulan sebelum penanaman.
b. Teknik Penanaman
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.
Sesuai dengan sifat fisiologis pohon gaharu yang mempunyai sifat toleran (memerlukan naungan) pada awal pertumbuhannya ( vegetaif growth ), maka persiapan lahan tanaman perlu diiringi persiapan pohon penaung. Letak tanaman ditata dalam jalur berjarak 3 atau 6 m yang dibersihkan secara jalur sekitar 1 m dan pohon atau semak di sekitarnya dibiarkan sebagai penaung. Jarak tanam dalam jalur 3 m atau 6 m, lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Modifikasi jarak tanam ini dapat dilakukan sesuai dengan kondisi tapak setempat jenis pohon penaung yang sudah ada dengan pengaturan pohon penaung sebesar 50 %. Sebaiknya gaharu ditanam pada awal musim hujan, agar bibit yang ditanam mempunyai waktu yang cukup panjang untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada musim kemarau pertama tanaman sudah cukup kuat untuk menghadapi keadaan cuaca yang kering dan panas di lapangan.
c. Pola Tanam
Pola tanam budidaya gaharu disesuaikan dengan sifat fisiologis tumbuhan inang gaharu yang memerlukan pohon penaung. Beberapa teknik alternatif yang dapat diterapkan antara lain dengan memanfaatkan pohon penaung yang sudah ada (sistem perkayaan jalur) dan pembutan hutan tanaman dengan menanam pohon penaung jenis cepat tumbuh (pola hutan campuran), baik pada hutan produksi maupun hutan rakyat. Pola penaung pada hutan alami (sistem perkayaan) dapat diterapkan dengan membebaskan tajuk pohon penaung yang sudah ada. Menurut Surata (2002) pertumbuhan inang gaharu jenis Gyrinops verstegii (Gig) Dom di Pusuk Pulau Lombok, paling baik bilamana ditanam di bawah naungan pohon hutan alam 50 % (Tabel 2). Penggunaan naungan ini menunjukkan bahwa pada musim kemarau pertumbuhan tinggi, diameter, dan persen tumbuh lebih baik serta warna daun lebih hijau, jumlah daun lebih banyak, dan kondisi vigor tajuk tanaman lebih sehat; demikian sebaliknya yang dengan tanpa penaung pertumbuhan tanaman lebih rendah. Penggunaan pohon penaung mempengaruhi iklim mikro seperti meningkatkan kelembaban udara serta menurunkan intensitas penyinaran, temperatur udara dan temperatur tanah pada musim kemarau dan hal ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan gaharu di daerah kering Nusa Tenggara yang mempunyai iklim kering yang agak panjang (8 bulan).
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan akan sangat menentukan produksi gaharu pada saat tegakan masih muda. Pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan tanaman muda, pemeliharaan tegakan lanjutan, dan perlindungan tanaman. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan sejak bibit ditanam di lapangan sampai terbentuknya tegakan hutan yaitu pada saat tajuk hutan mulai menutup meliputi penyulaman, penyiangan, dan pandangiran. Penyulaman dilakukan dua kali yaitu pada tahun tanam berjalan dan umur satu tahun sampai tercapainya persen tumbuh 80 %. Penyiangan dilakukan 2 kali setahun atau disesuaikan dengan keadaan pertumbuhan gulma dan pendangiran dilakukan setahun sekali. Pemeliharaan tegakan lanjutan dilakukan sejak tajuk hutan menutup dengan pohon penaung sampai tegakan mencapai umur panen gaharu dengan melakukan pemangkasan dan penjarangan pohon penaung yang ditujukan untuk memberi kesempatan tumbuh yang sebaik-baiknya pada setiap pohon inang gaharu. Pemeliharaan tegakan juga dilakukan pada inang gaharu yang terlalu rapat, dilakukan untuk mengurangi terjadinya persaingan antar pohon dalam rangka meningkatkan kesehatan, kualitas, dan nilai tegakan. Penjarangan pohon inang gaharu bisa juga didahului dengan mempercepat mengadakan penularan secara intensif pada pohon yang akan dijarangi selagi pohon masih muda, sehingga apabila pohon tersebut dipotong hasil penjarangan bisa dimanfaatkan.
23/02/12
Cara Penanaman Karet
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk
memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara
lain : berproduksitinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi
terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka
kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam
adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit
tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk
penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun
diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada
musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana
curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100
hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil
yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping
pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk
dasar.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi
pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Tanaman
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman,
program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus
dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun.
Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada
semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan
lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36
biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program
dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan
Tabel 3. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk
RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan
tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.
Pemberantasan Penyakit Tanaman Karet
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet.
Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil
akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam
upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit
tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan
di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan
nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang
umum ditemukan pada perkebunan adalah :
Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun
terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati.
Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada
perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan
agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip
topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada
serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah
tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman
tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar
tanaman sehat ke tunggultunggul, sisa akar tanaman atau perakaran
tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet
umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul
atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.
Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan
dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko
kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut
maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara
penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur
sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak
mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu
sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks
ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak
mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa
minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan
lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena
pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat
meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit
perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan
penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan
atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan:
Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi
pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur
sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila
terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap
sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya
dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon
dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak
mengalami kering alur sadap.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium
dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles
dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali
satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan
penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali
seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek (Gambar 4.10).
Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel
lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).
Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap.
Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra
untuk mempercepat pemulihan kulit.
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan
persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan
tanah sebagai media tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet
adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman
karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga
terlambat.
Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal
antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara
100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari,
produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman
karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan
laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh
tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai
350C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada
umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman
karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah
dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah
agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
Klon-klon Karet Rekomendasi
Harga karet
alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong
percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan
menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya.
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam
Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi
tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet
(rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan
menggunakan klon karet unggul.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112
lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar 1
Gambar 1. Produksi Lateks Beberapa Klon Anjuran (***, ** dan * adalah ratarata produksi 15, 10, dan 5 tahun sadap) |
Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan.
Untuk
mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang
baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu
berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun
entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres
dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman
yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya
rendah. Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang
dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman
sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi
akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum
mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata
entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh
klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman
bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka
kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan.
Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk
pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit.
Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang
waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah
pembongkaran. Secara lebih terperinci penyiapan bahan tanam karet
okulasi dapat dilihat Buku Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (tahun
1996, edisi ke-2) atau Booklet Pengelolaan Bahan Tanan Karet (tahun
2005) yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian
Karet.
21/02/12
beberapa tahap kegiatan penanaman gaharu
Budidaya gaharu terdiri dari beberapa tahap kegiatan atl.:
• Pemilihan Species
Aquilaria malaccensis, A. microcarpa serta A. crassna adalah species penghasil gubal gaharu dengan aroma yang sangat disenangi masyarakat Timur Tengah, sehingga memiliki harga paling tinggi.
• Lokasi Penanaman.
Gaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 m dpl.
• Pola Tanam
Monokultur atau sistem campur (tumpangsari, atau agroforestry)
• Jarak Tanam
Jarak tanam 3 x 3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5 x 3 m sampai 2.5 x 5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.
BUDIDAYA GAHARU
• Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40 x 40 x 40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3 : 1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
• Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
• Pemeliharaan
Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung dan pruning agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti Tiodane, Decis, Reagent., dll Pembersihan gulma dapat dilakukan sekali 3 bulan atau pada saat dipandang perlu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
Langganan:
Postingan (Atom)